Sedikitnya 6.000 orang, termasuk sekitar 1.500 anak di bawah umur, berenang dari Maroko ke daerah kantong Spanyol yang berbatasan dengan Ceuta pada Senin dalam gelombang migrasi ilegal terbesar di sana dalam satu hari, kata pihak berwenang Spanyol.
Para migran berenang dari dua lokasi, dengan beberapa memasuki Ceuta selatan di pantai Tarajal, dan kelompok yang lebih besar memasuki utara kota di pantai Benzu, juru bicara pemerintah Spanyol di Ceuta mengatakan kepada CNN.
Di kedua lokasi, para migran berenang di sekitar pemecah gelombang berbatu yang menjorok ke Mediterania yang menandai perbatasan antar negara. Juru bicara itu mengatakan itu jarak pendek dalam setiap kasus.
Ceuta adalah daerah kantong sekitar 84.000 orang Spanyol di pantai utara Maroko dan, yang terpenting bagi para migran yang mencoba masuk, Ceuta berada di wilayah Uni Eropa.
Tentara Spanyol dan Perwira Sipil Guardia mengambil posisi di sebelah perbatasan daerah kantong Spanyol Ceuta pada Selasa, 18 Mei.
Para migran berenang di sekitar pemecah gelombang berbatu yang menjorok ke Mediterania yang menandai perbatasan.
"Saya belum pernah melihat situasi seperti ini, belum pernah terjadi sebelumnya, saya tidak pernah merasa begitu frustrasi dan sedih," kata Presiden Ceuta Juan Jesus Vivas, kepada penyiar Spanyol TVE, Selasa.
"Ini adalah situasi yang kacau, sangat kacau sehingga kami tidak dapat mengatakan jumlah pasti migran saat ini," tambahnya. "Kita perlu mengumpulkan semua yang telah tiba dan mengalokasikan mereka di lokasi tertentu, jadi mereka tidak hanya bertanya-tanya di sekitar perbatasan."
Palang Merah telah membantu para migran dengan pakaian kering, selimut dan makanan di pantai Tarajal. Juru bicara badan amal itu, Isabel Brasero, mengatakan kepada TVE Spanyol bahwa para migran termasuk bayi, dan sejauh ini semua yang melakukan perjalanan di sekitar pemecah gelombang tampak dalam keadaan sehat.
Dia menambahkan bahwa para migran mungkin terbantu oleh cuaca yang baik dan jarak berenang yang dekat.
-------------------CNN
